~stand together~

sixth batch sambestarian's blog

(credit to afiq faiz for the nice pic. Go to this link for more of them)


Tanya sahaja mana2 ahli hadith, tentu mereka akan kenal siapa dia Al-Imam Al-Hafiz Ibn Hajar Asqalani. Ibn Hajar Asqalani merupakan antara kalangan ulama' besar yang ana mempunyai sense of "lingering affection", antara ulama' kesayangan ana sama seperti ulama' seperti Syeikhul Islam Ahmad Ibn Taimiyah, golongan muhaddith Al-Mutaqaddimun, Imam Ahmad ibn Hanbal, Imam Syafie dan Dr Yusuf Al-Qaradawi.

Bahkan, ana rasa tidak keterlaluan sekiranya ana mengatakan barang siapa antara umat Islam yang tidak pernah mendengar akan nama Al-Hafiz Ibn Hajar Asqalani, mereka sepatutnya berasa malu dan sedih.

Brief biography of the Imam

The full name of the famous Imam Al-Hafiz Ibn Hajar Asqalani is Abul-Fadl Shihabuddin Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Al-Kinani As-Syafie. He was born on the 10th of Sya'ban, 773 H. in Egypt,where he grew up as well. He memorized the Quran at the age of nine years. He also memorized Al-Hawi, the book of Mukhtasar of Ibn Al-Hajib, and other books. He admired the knowledge of Hadith and began to acquire it from the great Syeikh Syeikhs in Hijaz, Sham, and Egypt and stayed with Az-Zain Al-Iraqi for ten years. He also studied under Al-Baqini, Ibn Al-Mulaqqin and others. Many eminent syeikhs of his time approved his knowledge and allowed him to give religious verdicts and teach.

He had learned the two sources (Quran and Hadith) from Al-Izz bin Jama'a, the language from Al-Majd Al-Fairuzzabadi,the Arabic from Al-Amari, literature and poetry from Al-Badr Al-Mushtaki and writing from a group of professors. He also recited some parts of the Quran in all the seven styles of recitation before At-Tanukhi.

He occupied himself with the promotion of the knowledge of Hadith, so he dwelt in its study, teaching, writing and giving Fatwa. He also taught Tafsir, Hadith, Fiqh and preached at many places like Azhar, Jami Al-Amr and others. He also dictated to his students from his memory. Many highly educated people and distinguished scholars traveled to him to acquire from his vast knowledge.

Ibn Hajar Asqalani authoured more than 150 books.-most of them being in the studies of Hadith-which flourished during his lifetime. His most famous one being Fath Al-Bari-the commentary of Sahih Al-Bukhari,which he started in the beginning of 817 H. after finishing its introductory part in 813 H., and completed the whole commentary in Rajab 842 H. After the completion of the commentary, he had a gathering attended by Muslim dignitaries and spent 500 dinar on it. Then some kings requested it and paid 300 dinar.

As concerns his personality, he was humble, tolerant, patient and enduring. He was also described as being steadfast, prudent, ascetic, selfless, generous, charitable and a person who prayed and fast voluntarily. On the other hand, he was said to be used to making light jokes and telling of humorous anecdotes (stories). He also had good manners in dealing with all the Imams, of the earlier generations and later generations, and with all those who sat with him, whether old and young.

Ibn Hajar died after the Isya' prayer on Saturday, 8th Zul-Hijjah, 852 H. May Allah reward him generously.

(taken and summarized from the Bulugh Al-Maram, the Author's biography, published by Darus-Salam, Riyadh Saudi Arabia , September 2002)


Pengalaman Saya Bersama Fath Al-Bari

Bagi saya, kitab ini merupakan kitab yang paling bagus dari segi tahqiq dan perbahasannya. Saya mempelajarinya selama bertahun-tahun. Bila saya membaca kitab ini, saya akan lupa segala sesuatu yang ada di sekeliling saya. Saya seakan sedang berbicara dengan Ibnu Hajar terus. Saya merasakan bahawa dia sedang berdiskusi dengan saya tentang apa saja, sama ada mengkritik hadith, penjelasan makna hadith, komentar tentang hadith, perbandingan antara perawi, ilmu-ilmu hadith, sejarah dan peristiwa, biografi, masalah tafsir, mahupun juga masalah kebahasaan.

Kadang kala dia berbicara mengenai ilmu nahu dan saraf, kadang-kadang pula dia bercerita tentang para ulama' bahasa seperti Al-Khalil, Sibawaihi, Al-Kisa'i, Az-Zujaj, bahkan juga para ulama' fiqh. Tidak sampai di situ, ternyata dia juga berbicara tentang sastera, sama ada prosa mahupun puisi. Oh Tuhan, sungguh luar biasa hebatnya Fath al-Bari !

[Pengalaman Dr 'Aidh Abdullah al-Qarni sebagaimana ditulis beliau dalam bukunya 'Asyiq / dinukil dari edisi terjemahan atas judul : Aku, Buku dan Cinta]


Tambahan seputar kitab Fathul Bari :

Al-Hafiz Ibnu Hajar Asqalani menulis kitab “Fathul Bari Syarah Shohih al-Bukhori” selama 25 tahun lebih (!!). Beliau memulai pada awal tahun 817 H dan selesai pada awal bulan Rojab tahun 842 H.
Al-Hafiz Ibnu Hajar yang pernah berguru dengan ulama besar seperti Ibnul Mulaqqin dan al-Iraqi (al-Iraqi lah yang pertama menggelari beliau dengan gelar ‘al-Hafiz’), menempuh metode menakjubkan dalam mengarang kitab Fathul Bari. Awalnya melalui imla’ (lisan) selama 5 tahun, kemudian beberapa muridnya yang cerdas berkumpul dan mengusulkan agar syarah tersebut dibukukan. Ibnu Hajar kemudian menyetujui usulan muridnya dan beliau menulis dengan tangannya sendiri sedikit demi sedikit, sehingga kitabnya telah dikoreksi dan diteliti secara jeli.

Tatkala kitab syarah al-Bukhori tersebut selesai, al-Hafiz Ibnu Hajar mengadakan walimah besar-besaran pada 8 Sya’ban 842 H. Dalam acara tersebut dibacakanlah bab akhir dari Fathul Bari, dan walimah itu dihadiri oleh para pejabat, para ulama’, penuntut ilmu, dan kaum muslimin yang tak terhitung banyaknya. Seorang muridnya, Al Biqo’i (w 885 H) bercerita : “Sampai-sampai aku mengira tidak ada seorang tokohpun di Mesir yang tidak hadir pada walimah tersebut. Hari itu adalah hari istimewa, belum ada yang sepertinya pada jaman itu. Pada walimah tersebut dilantunkan syair-syair indah berisi pujian kepada penulis dan kitabnya”.

Keunggulan Fathul Bari diakui oleh Imam asy-Syaukani (w 1250 H), ketika mengomentari kitab Fathul Bari asy-Syaukani mengutip hadis yang terkenal : “La hijrah ba’dal Fath”, hadis tersebut diungkapkan beliau sebagai kalimat diplomasi, yang maksudnya tidak ada kitab syarah Shahih Bukhori yang dapat melebihi keunggulan dan kebaikan yang sebaik Fathul Bari. Sementara Ibnu Khaldun dalam kitab Mukadimmah-nya mengatakan bahwa tugas mensyarah Shahih Bukhori adalah ‘hutang umat Islam’. Perkataan tersebut diucapkan Ibnu Khaldun sebelum Ibnu Hajar menyusun Fathul Bari (Ibnu Khaldun wafat tahun 808 H, Ibnu Hajar mulai menulis Fathul Bari tahun 817 H), maka dengan kitab Fathul Bari dapat dikatakan bahwa Ibnu Hajar telah melunasi hutang umat Islam.

Semoga Allah Ta’ala merahmati al-Hafiz Ibnu Hajar Asqolani, menerima amalan yang dilakukannya, dan membalas dengan surga Firdaus-Nya..



(Diringkas dari majalah Al-Furqon edisi 10/8 tahun 1430 H, dengan beberapa tambahan dari penulis).


Again, May Allah bless the soul of this great Imam. WaAllahua'lam.



teruskan membaca lagi sahabat...

Labels

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Chat Box